Hiruk pikuk kegiatan Festival Budaya Pasola di kab Sumba Barat sangat terasa sampai disegala penjuru, tidak terkecuali juga dirasakan oleh Kapolda NTT Brigjen Pol Drs Endang Sunjaya saat berada di Polres Sumba Barat dalam rangka Kunjungan Kerja bersama rombongan Pejabat Utama Polda NTT.
Dengan menempuh
jarak sekitar 45 menit menuju kec. Lamboya akhirnya rombongan Kapolda NTT
beserta Bupati Sumba Barat, Kapolres dan unsur Forkopimda Kab. Sumba Barat dan
rombongan serta ibu Ketua Bhayangkari Daerah NTT tiba. Tidak ketinggalan
Kapolda turut mencoba aksi lempar Pasola bersama dengan para peserta fwestival. Pasola berasal dari kata "sola"
atau "hola", yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk
saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok
yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa' (pa-sola, pa-hola), artinya
menjadi permainan. Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan
saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang
antara dua kelompok yang berlawanan. Pasola merupakan bagian dari serangkaian
upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama
asli yang disebut Marapu (agama lokal masyarakat Sumba).Perayaan ini sebenarnya
untuk menyambut masa panen dan memprediksi hasil panen. Semakin banyak darah
keluar saat Pasola, masyarakat setempat percaya hal itu berarti hasil panen
berlimpah
Selanjutnya rombongan Kapolda NTT beserta ibu Ketua Bhayangkari
Daerah NTT dan rombongan berkunjung ke Kampung Tarung di Wakaibubak. Kampung
Tarung adalah kampung adat yang masih
terpelihara keasliannya yang terletak di tengah-tengah kota, kampung ini
menjadi simbol kekuatan bertahan kepercayaan turun temurun di tengah
gempuran modernisasi. Kampung Tarung terdiri dari 38 rumah adat yang masing
masing rumah didiami satu sampai tiga kepala keluarga, kampung tarung letaknya
di atas bukit, masuk ke kampung tersebut kita akan disuguhi dengan rumah adat
yang dihiasi dengan tanduk-tanduk kerbau yang panjang dan batu-batu menhir yang
dipakai sebagai kuburan batu. Disela sela waktu yang ada rombongan juga melihat
pembuatan kain tenun secara langsung yang lakukan oleh ibu-ibu di kampung
tersebut.
No comments:
Post a Comment