Mendekati
akhir Ramadhan dan lebaran, penjual kembang api musiman pun banyak bermunculan termasuk
pada saat saat perayaaan hari besar keagamaan dan kenegaraan seperti ini
petasan dan kembang api laris manis di pasaran. Banyak anak kecil dan bahkan
orang dewasa menikmati main petasan.
Walaupun sebenarnya tidak ada hubungan
petasan dengan perayaan tersebut ? Petasan hanya dinikmati karena cahaya,
suara, asap dan bahan yang terbang setelah meledak selain bikin kaget dan bikin
sakit telinga ? Tak kalah berbahaya adalah anak-anak bermain petasan di jalan
raya. Setelah petasan dinyalakan, petasan dilempar ke tengah jalan raya.
Bagaimana saat ada yang melintas di jalan tiba-tiba petasan meledak ? Dan
herannya lagi saat menyalakan petasan anak-anak tadi didampingi orang
dewasa didekatnya. Kenapa tidak orang dewasa yang menegur mereka.
Terkadang
sangat miris sekali melihat sebuah berita tentang korban luka atau meninggal dunia akibat bermain petasan dan kembang
api serta banyak peristiwa yang memakan kerugian akibat ledakan petasan. Betapa berbahayanya petasan dan kembang api.
MUI
sudah melarang umat Islam untuk merayakan ramadhan dengan membunyikan petasan
karena memang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan juga dapat mengganggu ibadah
serta toleransi dengan umat lain.
Kepolisian
sering melakukan razia petasan dan kembang api selama bulan ramadhan. Dilain
situasi bunyi suara dan keramaian masyarakat saat petasan meledak menandakan
bahwa kita masih menikmati atau sepertinya "membudayakan" petasan sebagai
salah satu cara merayakan pesta. Mungkin kesadaran dari masing-masing individu
dan masyarakat juga sangat berperan agar tak terjadi peristiwa memilukan
dibalik petasan dan kembang api ini. (288gio)
No comments:
Post a Comment